Pemerintah Niger, salah
satu negara paling miskin di dunia, telah mengundang kemarahan publik
dengan pembelian pesawat kepresidenan senilai 40 juta dollar AS atau
setara Rp 460 miliar. Niger adalah negara di Afrika yang berbatasan
dengan Nigeria dan Benin.
Menteri Pertahanan Niger, Karidjo
Mahamadou mengonfirmasi soal pembelian pesawat itu, Senin (1/9/2014).
Menurut dia, pembelian tersebut akan membantu negaranya meningkatkan
pengaruh dari negaranya.
Karidjo dalam wawancara dengan televisi
pemerintah menyatakan pesawat Boeing 737700 tersebut tiba pada Minggu
(31/8/2014) petang. Pembayaran pesawat, kata dia, menggunakan sekitar 20
miliar CFA franc, mata uang yang dipakai negara itu, dari kas negara.
Pesawat
baru ini menggantikan pesawat kepresidenan sebelumnya, juga sebuah
Boeing 737, yang dibeli pada 1970-an oleh presiden sebelumnya, Seyni
Kountche. Selama pesawat dalam perbaikan, salah satu pakar penerbangan
menyebutnya serasa menerbangkan peti mati.
Pakar yang sama
menyebut pesawat kepresidenan yang lama sudah tak lagi memenuhi standar
internasional. Namun, pembelian pesawat baru ini menuai kritik keras.
"Dalam
kondisi negara kami berhadapan dengan kelaparan baru dengan ancaman
banjir yang lebih serius pada tahun ini, pemerintah malah memutuskan
membelanjakan miliaran (CFA franc) untuk belanja prestise," kecam
Ousseni Salatou, juru bicara kubu koalisi oposisi Niger.
Anggota
parlemen dari kubu oposisi, Amadou Ali, menuding pemerintah telah
mencurangi publik dengan menyembunyikan penggunaan uang untuk membeli
pesawat itu, dengan memasukkannya ke anggaran belanja peralatan militer.
Meskipun
ada temuan baru cadangan uranium dan minyak bumi, Niger berada di
deretan bawah Indeks Pembangunan Manusia (HDI) PBB. Sebanyak 60 persen
penduduk Niger berada di bawah garis kemiskinan.
Pemerintah Niger
berkilah buruknya ranking HDI tersebut karena angka kelahiran di negara
tersebut, angka kelahiran tertinggi di dunia. Namun, indikator penyusun
indeks tersebut tidak tunggal dan Niger mencatatkan angka buruk dalam
beragam indikator.
Pada Juni 2014, Dana Moneter Internasional
(IMF) membekukan sementara bantuan keuangan untuk negara ini, menyusul
terkuaknya pembelian pesawat kepresidenan senilai 40 juta dollar AS
tersebut. Pembekuan berlaku setidaknya sampai 2014, seiring penyelidikan
soal pembelian itu
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.