Friday 28 March 2014

Gunung Merapi Bergemuruh, Slamet Meletus

Gunung Merapi yang berada di wilayah Jateng-DIY, siang ini (27/3) ini membikin masyarakat sekitar terhenyak.
Gunung api yang sangat aktif itu pada pukul 13.03-13.27 wib tadi mengalami peningkatan aktivitas seismisitas.
"Pada pukul 13.14 wib terjadi hembusan mengeluarkan abu. Hembusan karena adanya pelepasan gas. Saat terjadi hembusan kondisi  Punca tertutup awan. Sebelumnya terjadi suara gemuruh. Masyarakat merasakan guncangan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (27/3).

Namn, lanjutnya, pada pukul 13.30 wib kondisi sudah normal kembali. Hujan abu terjadi di beberapa tempat seperti di Manisrenggo, Karangnongko (Klaten), Deles, Tegalmulyo dan Tlogowatu.  
"Status gunung Merapi tetap Normal Aktif (level I). Saat ini kondisi masyarakat normal. Masyarakat diimbau tetap tenang," ujarnya.

Sementara itu Gunung Slamet, kata Sutopo, masih terjadi gempa-gempa hembusan dan letusan. Namun tidak menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Teramati 10 kali letusan dengan asap berwarna kelabu tebal. Tinggi sekitar 300-800 meter ke arah timur. Gempa hembusan asap sebanyak 75 kali. Status Waspada (level II).

Wednesday 26 March 2014

Missing Malaysia Airline jet: still no wreckage found

Kuala Lumpur: Seventeen year-old Maria Nari is hurting and confused. “I don’t know what to say, what to think. I feel so lost, so blank,” she tweeted to her father Andrew Nari, the chief steward on MH370. “I’m just so tired. Goodnight, daddy. Sigh. Hugs.” Advertisement No debris has been found of the Boeing 777 in the icy waters of the southern Indian Ocean, prolonging a cruel wait for relatives and friends of the 239 people who were on board. Sensitive to the grief of family members, Malaysia’s prime minister Najib Razak has avoided declaring that everyone on board is dead. But when on Monday night he released calculations from the British company Inmarsat that the plane’s last confirmed position was over the southern Indian Ocean thousands of kilometres from land and running out of fuel, there was only one conclusion. “Although the news was most distressing and I was aware of the implications, I had to discharge my duty to the people and nation with full responsibility,” Mr Najib said on Tuesday. As angry relatives in Beijing vented anger towards Malaysia Airlines, the company’s chairman Mohamed Nor Yusof appeared at a press briefing in Kuala Lumpur to urge them to accept their loves one had perished. “We must accept the painful reality that the aircraft is now lost and that none of the passengers or crew on board have survived,” he said. Authorities in Kuala Lumpur have released a long technical explanation of the electronic “handshake” between the plane and an Inmarsat satellite that led to the conclusion by experts that the plane’s last known position was over the Indian Ocean west of Perth at 8.19am on March 8. Earlier a Chinese government spokesman had demanded full information on the evidence, appearing to question the conclusion. And Chinese journalists in Kuala Lumpur have been hammering Malaysian officials about delays in finding the plane, prompting an undiplomatic response from the country's acting transport minister Hishammuddin Hussein. “Can I also remind you that we received satellite data from China, regarding sightings in the South China Sea, which made us distract ourselves from the search and rescue to search areas that had already been searched,” he said. Without wreckage from the Boeing 777 family members will not have closure and many will cling to hopes of a miracle. Chan Fui Lee, 76, whose 46 year-old son Chan Huan Peen was on board, said he is ready to accept “God’s decision” but not until there is what he called conclusive proof. “As long as there is no photographic evidence I will continue believing in miracles, despite it being difficult to do so at this time,” Mr Fui Lee said. “It’s tough. But if it’s meant to end this way I accept God’s decision,” he said. Daniel Anding, 46, a cousin of the chief steward Andrew Nari, said the news of the satellite assessments “is something that we cannot accept because there is no evidence.” “Even a small piece of the aircraft would mean a lot to us,” he said. Read more: http://www.smh.com.au/world/missing-malaysia-airline-jet-still-no-wreckage-found-20140326-zqn5d.html#ixzz2x46sYB6i

Saturday 15 March 2014

Jokowi Belum Tentu Capres PDIP

Ketua Fraksi PDIP DPR Puan Maharani mengatakan, rapat kerja nasional (Rakernas) PDI-P awal September 2013, akan membahas sejumlah hal penting terkait Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014. Namun, Puan tidak tahu apakah Rakernas akan membahas soal penetapan capres atau cawapres dari PDIP, termasuk menetapkan Jokowi sebagai capres atau cawapres PDIP. "Belum tahu apakah salah satu agenda Rakernas akan menyebut capres dan cawapres. Namun, tentu saja akan ada agenda menarik dalam rakernas nanti," kata Puan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (27/8/2013). Mengenai tingkat elektabilitas (keterpilihan) Jokowi yang terus menanjak naik, Puan mengaku sangat bersyukur. Menurut Puan, sebagai kader partai, Jokowi tentu harus melalui mekanisme PDIP, termasuk jika ingin jadi capres atau cawapres. "Sebagai kader, Pak Jokowi harus ikut mekanisme partai lewat PDI-P," tegas Puan. Lalu, apakah PDIP akan menunjuk Jokowi sebagai capres? "Belum tahu, dan belum tanya, karena itu keputusan Ibu (Ketua Umum PDIP Megawati Sokarnoputri)," tutur Puan. Karena itu, menurut Puan, belum diputuskan siapa capres dari PDIP. Sebab, harus menunggu Pemilu Legislatif dulu, baru kemudian memutuskan capres. "Bagaimana mau majukan capres kalau misalnya perolehan pemilu legislatif tidak cukup syarat," jelas Puan. Diberitakan sebelumnya, elektabilitas Jokowi terus naik dalam beberapa bulan terakhir. Hasil survei Litbang Kompas terhadap capres) yang dilansir Senin (26/8/2013) kemarin, masih menempatkan Jokowi di urutan teratas, dengan tingkat keterpilihan (elektabilitas) mencapai 32,5 persen.

Monday 10 March 2014

Kasus Ade Sara, Potret Kegagalan Orang Tua, Sekolah, dan Masyarakat

Pembunuhan terhadap Ade Sara yang dilakukan oleh Ahmad Imam Al Hafitd dan Assifa menyentak nurani bangsa. Dua remaja tersebut melakukan perbuatan keji pembunuhan terhadap Ade Sara yang tak berdaya. Pembunuhan berencana tersebut dilakukan - secara amatir dan tak canggih sama sekali. Hafitd dan Assifa melakukan pembunuhan karena cemburu dan sakit hati - suatu alasan yang sangat bisa dipahami. Motif pembunuhan seperti ini sangat manusiawi dan dapat dimengerti secara psikologi. Lalu apa latar belakang psikologi yang mendorong mereka dengan gaya mereka mampu membunuh dengan darah dingin? Potret kita adalah potret orang tua kita. Anak-anak kita adalah potret kita. Perbuatan dan sikap anak-anak dipengaruhi oleh orang tua, keluarga, lingkungan. Orang tua menurunkan gen dan sikap serta karakter yang mirip dengan keturunannya dalam hal kecerdasan, kesabaran, sifat dan sikap. Keluarga sebagai lingkungan paling kecil memengaruhi kehidupan baik secara psikologi maupun fisik serta sosial. Kemampuan mengendalikan diri dan kebiasaan berpikir dan bersikap di lingkungan terkecil yakni keluarga akan memengaruhi kehidupan sosial di luar: sekolah, pekerjaan dan kehidupan bermasyarakat. Orang tua yang salah mendidik anak - bisa karena tidak tahu atau tak mau tahu - akan menyebabkan keluarga dan kehidupan keluarga hanyalah sekumpulan manusia yang kebetulan hidup dalam satu rumah. Kehidupan di kota - dan juga desa - yang cenderung orang tua sibuk mencari kehidupan dan tak memerhatikan kebutuhan akan kasih sayang, cinta, kasih, komunikasi, dan perhatian. Akibatnya, anak-anak menjadi kurang perhatian dari orang tua. Orang tua pun - yang kebanyakan menekankan pada kebutuhan fisik, makan, uang, gadget, pakain, mobil bagi anak mereka - melupakan fungsinya mendidik anak-anak mereka. Kebiasaan bagus makan malam di rumah bersama seluruh anggota keluarga pun hilang karena kesibukan - yang diganti dengan menanyakan makan di mana dan dengan siapa yang penting telepon atau kirim sms atau bbm. Mereka berpikir sekolah adalah tempat pendidikan dan pembentukan karakter. Padahal di sekolah yang terjadi adalah sekumpulan anak-anak muda galau yang sama-sama kehilangan cinta kasih dan perhatian orang tua. Di sekolah anak-anak itu mencari kelompok yang identik dengan mereka. Maka terbentuklah geng dan kelompok berdasarkan keinginan dan karakter yang mirip. Kasus kisah cinta Hafitd - Ade Sara pun tak akan terjadi jika didikan orang tua Hafidt benar; mereka berbeda keyakinan. Beda keyakinan yang samar diyakini antara melanjutkan hubungan atau mengakhiri sungguh sulit dihadapi oleh anak-anak remaja yang belum matang - yang sudah matang saja juga bisa melakukan pembunuhan atas nama cinta. Ade Sara sadar akan hal tersebut, namun Ade juga lupa - karena masih remaja dan labil - menjalin hubungan cinta dengan cowok yang berbeda keyakinan lagi. Nah, rupanya terjadi jurang menganga terkait keyakinan yang tak dianggap penting lagi dalam hubungan cinta: zaman dahulu agama dan keyakinan penting bagi anak-anak muda seperti kisah novel percintaan beda keyakinan dan bangsa atau suku. Kini, agama hanyalah hiasan - maka terjadilah kasus Asmirandah - Jonas yang sempat heboh - bagi KTP. Anak-anak muda kita sudah maju dan berkembang dalam toleransi beragama - atau potret kegagalan pendidikan agama yang tak teguh. Kegagalan pendidikan di rumah dan sekolah yang tak mendidik karakter anak didik; kurikulum pendidikan yang hanya mengarahkan anak-anak menjadi cerdas intelektual namun gagal menanamkan budi pekerti dan kecerdasan sosial - sebagaia akibat didikan di rumah dan sekolah yang salah - menyebabkan anak-anak muda menjadi asosial. Tampak di mana-mana anak-anak muda kelihatan gagah, cantik, cerdas, namun ketika diamati lebih jauh anak-anak kita ternyata tak lebih dari anak-anak muda yang asocial. Anak-anak muda itu tak memiliki kepedulian sosial sama sekali - akibat kehidupan di rumah, sekolah, dan masyarakat yang tak mendidik. Lingkungan masyarakat yang juga buruk - dengan pemenuhan kebutuhan fisik dan sikap hidup hedonis - membentuk anak-anak muda menjadi tak peka dengan lingkungan. Anak-anak muda memanjakan hidup mereka pun secara hedonis. Sekolah favorit dan mahal menjadi lambang kekayaan diri dan orang tua. Perlengkapan diri seperti telepon pintar, gadget terbaru dan mahal, laptop, computer, bahkan mobil menjadi lambang pergaulan - yang anehnya didukung sepenuhnya oleh banyak orang tua. Bagi orang tua yang keblinger, maka dengan cara korupsi kebutuhan anak-anak dipenuhi. Hasilnya, karena harta dan makanan yang diberikan kepada anak-anak kita, maka darah mereka mengandung darah neraka - yang secara psikologi akan memengaruhi sikap dan perbuatan anak-anak kita. Anak-anak para korupor 99% akan menjadi koruptor pula karena darah mereka dialiri oleh uang haram. Keadaan ini lebih parah lagi dengan adanya media - yang ada di genggaman mereka - yang tak terbatas dan tak bisa dibatasi lagi. Informasi apapun baik yang baik dan yang buruk dapat diakses deng dan batas jari saja; dengan jari-jari saja. Media baik film, televisi, media sosial, koran, memaparkan kemunafikan dan kehidupan orang tua yang buruk. Kasus-kasus pembunuhan, korupsi seperti yang dilakukan oleh Akil Mochtar, Tulek Wawan adik Ratu Atut, mantan Presiden PKS ustadz Luthfi Hasan Ishaaq, ustadz Ahmad Fathanah, yang dibumbui oleh aliran dana untuk para perempuan, poligami, perselingkuhan menjadi santapan setiap hari. Akibatnya, anak-anak muda kehilangan panutan dan arahan baik di rumah, di sekolah dan di masyarakat. Jadi, pembunuhan yang dilakukan Hafitd dan Assifa terhadap Ade Sara merupakan kesalahan orang tua, sekolah yang tak mengajarkan budi pekerti dan sopan-santun, masyarakat yang munafik dan korup, media yang bebas dan pendidikan yang gagal di keluarga, sekolah dan masyarakat yang korup.

Missing Malaysia Airlines plane: What happened to MH370?

Two passengers on the missing Malaysia Airlines Flight MH370 were travelling on stolen passports and bought one-way tickets, it has been confirmed, as authorities, including the FBI, investigate whether the disaster was the result of a terrorist act.
The aircraft, travelling from Kuala Lumpur to Beijing and carrying 239 people, went missing well into its flight Saturday morning. Nearly 48 hours after the last contact with Flight MH370, mystery still surrounds its fate.
Italian Luigi Maraldi, whose stolen passport was used by a passenger boarding a missing Malaysian airliner. Italian Luigi Maraldi, whose stolen passport was used by a passenger boarding a missing Malaysian airliner. Photo: AP
Whatever happened to the Boeing 777 high above the South China Sea, it was quick and gave the pilots no time to issue a mayday, although there were reports that another Malaysia Airlines pilot flying ahead of the missing flight had managed to contact the plane at the request of air traffic control authorities.